Kabar Agro. Bertambah panjangnya musim penghujan tak mesti membawa dampak buruk bagi pertanian, tetapi juga keberuntungan. Di Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, akibat tingginya curah hujan, justru hasil pertanian padi gogo di daerah ini semakin meningkat.
Kepala Seksi Pemasaran Hasil Dan Pembiayaan Pertanian Dinas Pertanian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nono Hartanto mengatakan, dalam setahun masa tanam dan panen padi gogo biasa berlangsung sekali. Namun karena karena melimpahnya air hujan, tahun ini petani bisa mengalami tanam dan panen dua kali. “Padi (jenis gogo) justru mengandalkan air dari tadah hujan,” kata dia, Kamis, 19 Mei 2011.
Nono mengingatkan, saat ini luas panenan padi gogo di daerahnya mencapai 1700 hektar sawah atau berkisar 95 persen dari luas tanam padi secara keseluruhan. Sisanya, seluas 5 persen dari lahan pertanian biasa dimanfaatkan sebagai pematang sawah dan parit untuk pengairan.
Tim Pengendali Inflasi Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan penambahan panenan padi gogo seluar 1.700 hektar di Gunung Kidul itu merupakan salah satu indikasi membaiknya produktifitas tanaman padi di Yogyakarta. “Biasanya panen hanya sekali ternyata dapat dilakukan 2 kali,” kata Pemimpin Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, Dewi Setyowat, dalam siaran persnya.
Akibat membaiknya kondisi pertanian padi itu, target penyerapan beras oleh Bulog Yogyakarta sebesar 17 ribu ton hampir terealisasi. Dan stok beras yang kini dimiliki Bulog sebesar 15.184 ton dipastikan cukup untuk penyaluran keluarga miskin hingga bulan Oktober mendatang.
Secara umum, Tim Pengendali Inflasi menilai pergerakan kenaikan harga dapat ditahan. Hal itu dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat yang relatif normal, pasokan dan stok mencukupi, nilai tukar rupiah menguat dan membaiknya ekspektasi masyarakat.
Kepala Seksi Pemasaran Hasil Dan Pembiayaan Pertanian Dinas Pertanian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nono Hartanto mengatakan, dalam setahun masa tanam dan panen padi gogo biasa berlangsung sekali. Namun karena karena melimpahnya air hujan, tahun ini petani bisa mengalami tanam dan panen dua kali. “Padi (jenis gogo) justru mengandalkan air dari tadah hujan,” kata dia, Kamis, 19 Mei 2011.
Nono mengingatkan, saat ini luas panenan padi gogo di daerahnya mencapai 1700 hektar sawah atau berkisar 95 persen dari luas tanam padi secara keseluruhan. Sisanya, seluas 5 persen dari lahan pertanian biasa dimanfaatkan sebagai pematang sawah dan parit untuk pengairan.
Tim Pengendali Inflasi Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan penambahan panenan padi gogo seluar 1.700 hektar di Gunung Kidul itu merupakan salah satu indikasi membaiknya produktifitas tanaman padi di Yogyakarta. “Biasanya panen hanya sekali ternyata dapat dilakukan 2 kali,” kata Pemimpin Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, Dewi Setyowat, dalam siaran persnya.
Akibat membaiknya kondisi pertanian padi itu, target penyerapan beras oleh Bulog Yogyakarta sebesar 17 ribu ton hampir terealisasi. Dan stok beras yang kini dimiliki Bulog sebesar 15.184 ton dipastikan cukup untuk penyaluran keluarga miskin hingga bulan Oktober mendatang.
Secara umum, Tim Pengendali Inflasi menilai pergerakan kenaikan harga dapat ditahan. Hal itu dipengaruhi oleh konsumsi masyarakat yang relatif normal, pasokan dan stok mencukupi, nilai tukar rupiah menguat dan membaiknya ekspektasi masyarakat.