Sektor Pertanian Rentan Terhadap Perubahan Iklim

0 komentar
Kabar Agro. Dampak perubahan iklim yang merupakan suatu keniscayaan dan dipicu oleh aktivitas manusia, sudah sangat dirasakan seperti perubahan pola curah hujan dan semakin tidak menentunya awal musim hujan dan kemarau. Kondisi iklim tersebut menyebabkan kacaunya  pola tanam dan aktivitas petani, meningkatnya ancaman kekeringan, banjir dan organisme pengganggu tanaman (OPT). Semuanya berdampak sangat nyata terhadap produksi pertanian bahkan gagal panen terutama tanaman pangan dan hortikultura.

Badan Litbang Pertanian melaksanakan  Peluncuruan Produk Inovatif Sumber Daya Lahan Terkait Perubahan Iklim, di Hotel Bidakara, Jakarta hari Rabu (28/12/2011). Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Haryono dalam sambutannya mengatakan bahwa pertanian adalah sektor yang paling terancam, menderita dan rentan terhadap perubahan iklim, sehingga upaya adaptasi dan mitigasi menjadi sangat penting dan utama. Di sisi lain pertanian juga berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca walaupun relatif kecil, tetapi juga mempunyai peran dan potensi besar terhadap upaya mitigasi. Hal terpenting yang dikemukakan Kabadan dalam sambutannya adalah tindak lanjut dari peluncuran produk inovatif ini, meliputi validasi dan sosialisasi kepada para pengguna.

Perubahan iklim merupakan proses yang terjadi secara terus-menerus. Seberapa besar dampak perubahan iklim terhadap pertanian bergantung kepada tingkat dan laju perubahan iklim di satu sisi serta sifat dan kelenturan sumberdaya dan sistem produksi pertanian di sisi lain. Oleh sebab itu, strategi antisipasi dan penyiapan teknologi adaptasi dan mitigasi diarahkan kepada: (a) upaya penyelamatan pencapaian sasaran utama pembangunan pertanian, (b) pengembangan pertanian yang tahan (resilience) terhadap perubahan iklim, dan (c) sebagai bagian intergral dari program pembangunan pertanian yang sudah dirancang.

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK 26-41% hingga tahun 2010. Walaupun kecil, sektor pertanian berkontribusi sebagai penyebab perubahan iklim, sektor pertanian merupakan korban dan paling rentan (vulnerable) terhadap perubahan iklim itu sendiri. Walaupun prioritas utama penanganan perubahan iklim pada sektor pertanian adalah adaptasi, tetapi sektor pertanian potensial dan akan berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim.

Selama ini, perhatian dan kebijakan nasional dan internasional lebih didominasi oleh aspek-aspek yang berkaitan dengan mitigasi, padahal aspek adaptasi untuk mengurangi dampak dan kerentanan terhadap perubahan iklim tidak kalah pentingnya.  Adaptasi umumnya berdampak lokal, sedangkan mitigasi lebih berdampak global sehingga perhatian dan kebijakan internasional cenderung lebih memprioritaskan mitigasi.

Acara peluncuran produk inovatif ini dihadiri oleh lembaga terkait dengan perubahan iklim seperti BMKG, Bappenas, Deputi Lingkungan dan Perubahan Iklim KLH, Kemenristek, BPPT, Perguruan Tinggi serta Unit Eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan Eselon II/III lingkup Badan Litbang Pertanian ini setidaknya meluncurkan Sembilan produk inovatif yang ditujukan untuk :


  • Memperkenalkan Kalender Tanam (KATAM) Terpadu sebagai salah satu “tool” penting dalampenyesuaian pola tanam tanaman pangan dengan perubahan iklim
  • Menyampaikan informasi tentang arah, strategi dan kebijakan sektor pertanian terhadap perubahan iklim berupa Road Map kepada pemangku kepentingan dan pihak terkait
  • Menyampaikan pedoman umum tentang adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, beberapa petunjuk teknis yang berkaitan dengan emisi gas rumah kaca dan pengelolaan lahan gambut, dan peta lahan gambut.

Dengan diluncurkannya produk inovatif tersebut, diharapkan para petani tidak resah dalam menghadapi perubahan iklim, sehingga pola tanaman dapat segera disesuaikan dengan kalender tanam.

Sumber : Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP)

Leave a Reply

 
Kabar Agro © 2011 DheTemplate.com & Main Blogger. Supported by Makeityourring Diamond Engagement Rings