KEMENTERIAN Pertanian melepaskan varietas padi tahan hama Inpari 13. Varietas ini memiliki keunggulan mengurangi tingkat losses dan rontok lebih kecil dibandingkan padi jenis lain. Dengan rata-rata hasil panen 6,5 hingga 10 ton per hektare, padi ini ditargetkan mampu mengganti padi varietas lain.
“Kita berharap kontribusi padi Inpari 13 terhadap surplus bisa signifikan, karena produksi padi ini bisa mencapai 6,5 ton sampai 10 ton perhektare atau diatas rata-rata produksi padi jenis ciherang maupun IR
64,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian, Haryono, di Jakarta, Rabu (30/3).
Data Balitbang menunjukkan saat ini luas tanam padi mencapai 12,8 juta hektare dengan dominasi pertanaman dari padi jenis ciherang sebesar 47 persen, dan sisanya diisi IR 64 dan puluhan padi varietas lain. Dengan tingkat produktivitas tinggi, kata Haryono, padi Inpari ditargetkan akan menggeser varietas padi jenis ciherang yang rata-rata produksinya hanya enam ton dan padi IR 64 yang produksinya hanya lima ton perhektare.
Saat ini, kata Haryono padi Inpari 13 sudah dikembangkan di beberapa kota diantaranya Aceh, Medan, Sulawesi dan Tulung Agung. Dan dari pantauan di lapangan, katanya, petani mencari padi varietas ini karena tingkat panen yang dihasilkan per hektarenya lebih tinggi.
Untuk itu, Balitbang Kementerian Pertanian menginstruksikan kepada Balai Besar Padi menyediakan benihnya di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPTP) di 32 Provinsi agar bisa digunakan dalam pertanaman petani.
“Hasil penelitian kita tingkat loses Inpari 13 hanya 0,23 persen dan rontokan sebesar 0,25 persen. Angka itu jauh lebih kecil dibandingkan data BPS untuk padi jenis lain seperti ciherang dan IR 64. Total potensi penyelamatan hasil panenya bahkan bisa mencapai 2,07 persen,” ujarnya.
sumber: jurnas.com
“Kita berharap kontribusi padi Inpari 13 terhadap surplus bisa signifikan, karena produksi padi ini bisa mencapai 6,5 ton sampai 10 ton perhektare atau diatas rata-rata produksi padi jenis ciherang maupun IR
64,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian, Haryono, di Jakarta, Rabu (30/3).
Data Balitbang menunjukkan saat ini luas tanam padi mencapai 12,8 juta hektare dengan dominasi pertanaman dari padi jenis ciherang sebesar 47 persen, dan sisanya diisi IR 64 dan puluhan padi varietas lain. Dengan tingkat produktivitas tinggi, kata Haryono, padi Inpari ditargetkan akan menggeser varietas padi jenis ciherang yang rata-rata produksinya hanya enam ton dan padi IR 64 yang produksinya hanya lima ton perhektare.
Saat ini, kata Haryono padi Inpari 13 sudah dikembangkan di beberapa kota diantaranya Aceh, Medan, Sulawesi dan Tulung Agung. Dan dari pantauan di lapangan, katanya, petani mencari padi varietas ini karena tingkat panen yang dihasilkan per hektarenya lebih tinggi.
Untuk itu, Balitbang Kementerian Pertanian menginstruksikan kepada Balai Besar Padi menyediakan benihnya di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPTP) di 32 Provinsi agar bisa digunakan dalam pertanaman petani.
“Hasil penelitian kita tingkat loses Inpari 13 hanya 0,23 persen dan rontokan sebesar 0,25 persen. Angka itu jauh lebih kecil dibandingkan data BPS untuk padi jenis lain seperti ciherang dan IR 64. Total potensi penyelamatan hasil panenya bahkan bisa mencapai 2,07 persen,” ujarnya.
sumber: jurnas.com