Kabar Agro -Karbon hitam atau lebih populer disebut biochar dapat menjadi salah satu pilihan dalam pengelolaan karbon. Biochar dapat meningkatkan kelembapan dan kesuburan tanah, dan bersifat persisten di dalam tanah, dapat mencapai ribuan tahun. Sejalan dengan meningkatnya perhatian masyarakat pertanian dalam penggunaan bahan organik, pengembangan biochar menjadi sangat relevan, baik sebagai komoditas ekonomi maupun pembenah tanah.
Pemanasan global akibat meningkatnya emisi gas karbon dioksida (CO2) dan gas rumah kaca lainnya merupakan isu penting yang menggelisahkan masyarakat dunia dewasa ini. Di Indonesia, dampak pemanasan global telah dirasakan dalam kehidupan seharihari. Suhu udara makin panas dan intensitas bencana alam meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak nelayan yang mengurangi kegiatan melaut karena tingginya ombak. Di beberapa wilayah, permukaan air laut dilaporkan meninggi sehingga meresap hingga beberapa kilometer ke daratan. Dampaknya adalah meluasnya lahan salin, terutama di kawasan pantai yang umumnya merupakan sentra produksi padi.
Sebagian besar masyarakat di negara maju mengkhawatirkan dampak perubahan iklim global terhadap kelangsungan kehidupan di bumi. Mereka sudah tidak bisa lagi mengendalikan emisi gas CO2 dan gas rumah kaca lainnya. Penyerapan CO2 melalui jaringan tanaman jauh lebih rendah dari emisi yang dikeluarkan ke atmosfir, karena pesatnya perkembangan industri yang tidak ramah lingkungan. Dalam beberapa pertemuan internasional, berbagai negara industri menyatakan kesediaannya membayar kompensasi bagi negara yang masih memiliki cadangan karbon alam, dengan catatan terusn berupaya mengelolanya dengan baik guna menekan dampak pemanasan global.
Indonesia termasuk salah satu negara berkembang pertama yang sudah merampungkan the first national communication dan sudah Biochar Penyelamat Lingkungan diserahkan ke Sekretariat United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) bersamaan dengan diselenggarakannya Conference of Parties V (COPV) pada bulan November tahun 2001. Program penghijauan dan penghutanan kembali dapat mengurangi kandungan CO2 di udara melalui proses fotosintesis. Untuk itu, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan dan mengimplementasikan program One Man One Tree, yang dampaknya baru dirasakan beberapa dekade ke depan. Lahan pertanian termasuk salah satu media penghasil gas rumah kaca. Penambatan karbon dalam tanah melalui perbaikan praktik budi daya merupakan salah satu opsi untuk mengurangi emisi CO2 ke atmosfer, terutama bila karbon dapat tertahan di tanah dalam jangka waktu yang lama.
Dalam budi daya pertanian, peningkatan kandungan karbon di tanah melalui penanaman tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pemberian kompos atau pupuk kandang sering kali berhasil memperbaiki produktivitas tanah, memasok hara ke tanaman, mempercepat siklus nutrisi melalui biomassa mikroba, dan menahan pupuk mineral yang diberikan ke tanah. Namun, keuntungan pembenahan tanah seperti ini bersifat jangka pendek, terutama di daerah tropis seperti Indonesia, karena cepatnya proses dekomposisi bahan organik. Proses pembusukan dan mineralisasi bahan organik menjadi CO2 dan gas rumah kaca lainnya seperti metana hanya berlangsung dalam beberapa musim tanam. Karena itu, penambahan bahan organik ke tanah diperlukan setiap tahun untuk mempertahankan kesuburan tanah.
Karbon hitam (C) atau lebih populer disebut biochar dapat mengatasi beberapa keterbatasan dalam pengelolaan karbon. Kenyataan dan beberapa hasil penelitian menunjukkan biochar dapat menambah kelembapan tanah dan kesuburan lahan pertanian. Biochar persisten di dalam tanah, yang dapat mencapai ribuan tahun. Sejalan dengan meningkatnya perhatian masyarakat pertanian dalam penggunaan bahan organik akhir-akhir ini maka pengembangan biochar menjadin sangat relevan, baik sebagai komoditas ekonomi maupun pembenah tanah.
Sumber : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Makasih... bisa tuk nambah pengetahuan